Blogroll

Postingan
Komentar

Selasa, 04 Oktober 2011

Hakikat , metode , fungsi sosiologi agama

A. Makna Sosiologi Agama
Sebelum memaknai sosiologi agama secara komprehensif, maka perlu dijelaskan makna sosiologi serta agama secara terpisah terlebih dahulu.
1. Pengertian Sosiologi
Secara Etimologi / harfiah atau berdasarkan makna kata SOSIOLOGI berasal dari 2 suku kata yaitu dari kata Latin “ Socius “yang berarti kawandan kata Yunani “Logos “ yang berarti kata fikiran atau ilmu pengetahuan.atau berbicara jadi menurut Auguste Comte Sosiologi berarti “ berbicara mengenai masyarakat “.
Secara terminologi Sosiologi ialah ilmu pengetahuan tentang pergaulan hidup manusia, yaitu hubungan perseorangan dengan golongan, hubungan golongan dengan golongan.
Pengertian sosiologi menurut para pakar :
a. W.F Ogburn dan M.F Nimkoff dalam buku mereka handbook of sociology “, memberikan definisi sosiologi yaitu sebagai berikut : sociologi is the scientific of social life, yang maksudnya sosiologi adalah studi secara ilmiah terhadap kehidupan sosial.
b. George A Lundberg : Sosiologi adalah mempelajari tingkah laku sosial daripada orang-orang dan kelompok-kelompok.
c. Prof. Groenman : sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tindakan-tindakan manusia dalam usahanya menyesuaikan diri dalam suatu ikatan. Penyesuaian ini meliputi :
 Menyesuaikan diri terhadap lingkungan geografi.
 Menyesuaikan diri terhadap sesama manusia.
 Penyesuaian diri dengan lingkungan kebudayaan sekelilingnya,
d. Ibnu Khaldun : Sosiologi yaitu mempelajari tentang masyarakat manusia dalam bentuknya yang bermacam-macam watak dan ciri-ciri dari tiap-tiap bentuk dan hukum-hukum yang menguasai perkembangannya.
e. Prof. M.M Djojodiguno SH : Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang bersasaran hidup bermasyarakat artinya yang di selidiki selaku bendanya ialah hidup bermasyarakat.
Dari beberapa pengertian di atas ternyata masih ada simpang siurnya, yang satu berbeda dengan yang lain. Namun demikian didalam perbedaan itu terdapat persesuaian yang dapat kita simpulkan :
a) Merupakan hidup bermasyarakat dalam arti yang luas.
b) Perkembangan masyarakat di dalam segala aspeknya
c) Hubungan antar manusia dengan manusia lainnya dalam segala aspeknya.
Dalam pengertian secara umum sosiologi merupakan studi tentang masyarakat yang mengemukakan sifat atau kebiasaan manusia dalam kelompok, dengan segala kegiatan, dan kebiasaan serta lembaga-lembaga yang penting sehingga masyarakat dapat berkembang terus dan berguna bagi kehidupan manusia.
Dari berbagai definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
Kesimpulannya sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara individu dengan individu, individu dengan masyarakat, dan masyarakat dengan masyarakat.
Selain itu, Dari beberapa pengertian sosiologi diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa sosiologi agama secara luas adalah ilmu tentang masyarakat dan gejala-gejala mengenai masyarakat. Sosiologi seperti itu disebut macro sociology, yaitu ilmu tentang gejala-gejala sosioal, institusi-institusi sosial dan pengaruhnya kepada masyarakat

2. Pengertian Agama
Ada tiga istilah yang dikenal tentang agama, yaitu: agama, religi dan din. Secara etimologi, kata agama berasal dari bahasa Sangsekerta, yang berasal dari akar katagam artinya pergi. Kemudian akar kata gam tersebut mendapat awalan a dan akhiran a, maka terbentuklah kata agama artinya jalan. Maksudnya, jalan untuk mencapai kebahagiaan.
Di samping itu, ada pendapat yang menyatakan bahwa kata agama berasal dari bahasa Sangsekerta yang akar katanya adalah a dan gama. A artinya tidak dan gama artinya kacau. Jadi, agama artinya tidak kacau atau teratur. Maksudnya, agama adalah peraturan yang dapat membebaskan manusia dari kekacauan yang dihadapi dalam hidupnya, bahkan menjelang matinya.
Sedangkan secara terminologi, agama dan religi ialah suatu tata kepercayaan atas adanya yang Agung di luar manusia, dan suatu tata penyembahan kepada yang Agung tersebut, serta suatu tata kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan yang Agung, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam yang lain, sesuai dengan tata kepercayaan dan tata penyembahan tersebut.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka pada agama dan religi terdapat empat unsur penting, yaitu:
1. tata pengakuan atau kepercayaan terhadap adanya Yang Agung
2. tata hubungan atau tata penyembahan terhadap yang Agung itu dalam bentuk ritus, kultus dan pemujaan,
3. tata kaidah/doktrin, sehingga muncul balasan berupa kebahagiaan bagi yang berbuat baik/jujur, dan kesengsaraan bagi yang berbuat buruk/jahat,
4. tata sikap terhadap dunia, yang menghadapi dunia ini kadang-kadang sangat terpengaruh (involved) sebagaimana golongan materialisme atau menyingkir/menjauhi/uzlah (isolated) dari dunia, sebagaimana golongan spiritualisme.
Agama adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan non-empiris yang dipercayainya dan didayagunakannya untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka dan masyarakat luas umumnya.
Lebih lanjut, makna agama dalam “The Encyclopedia of Phylosophy” pada entri “Religion” ada beberapa diantaranya: (Dhurkheim, 1995: 7). Agama menurut James Martineau adalah “kepercayaan kepada Tuhan yang selalu hidup, yakni kepada jiwa dan kehendak Illahi yang mengatur alam semesta dan mempunyai hubungan moral dengan umat manusia”. Agama adalah pengakuan bahwa segala sesuatu merupakan manifestasi dari Kuasa yang melampaui pengetahuan kita”. Definisi ini dibuat oleh Herbert Spencer. Menurut Mathew Arnold, agama adalah “ etika yang ditingkatkan, dinyalakan, dan diterangi oleh perasaan”. Sedangkan Edward Caird mendefinisikan agama sebagai “ungkapan dari sikap akhirnya pada alam semesta, makna dan tujuan singkat dari seluruh kesadarannya pada segala sesuatu”.

3. Pengertian Sosiologi Agama
Sosiologi agama merupakan studi tentang fenomena social, dan memandang agama sebagai fenomena social. Sosiologi agama selalu berusaha untuk menemukan pinsip-prinsip umum mengenai hubungan agama dengan masyarakat. Ia adalah suatu cabang sosiologi umum yang mempelajari masyarakat agama secara sosiologis guna mencapai keterangan-keterangan ilmiah dan pasti, demi kepentingan masyarakat agama itu sendiri dan masyarakat luas pada umumnya.
Namun menurut ahli sosiologi agama J. Milton Yinger memandang agama sebagai sistem kepercayaan dan praktik dengan mana suatu masyarakat atau kelompok manusia berjaga-jaga menghadapi masalah terakhir dari hidup ini. Sedangkan menurut J. Wach dalam agama ada tiga aspek yang perlu diperhatikan yaitu: aspek teoritis, bahwa agama adalah suatu sistem kepercayaan. Kedua aspek praktis, bahwa agama merupakan sistem kaidah yang mengikat penganutnya. Ketiga aspek sosiologis, bahwa agama mempunyai sistem interaksi sosial.
Banyak sekali pengertian atau makna sosiologi agama yang dipaparkan oleh para tokoh sosiologi. Di mana ilmu sosiologi agama merupakan bagian atau cabang dari sosiologi umum, sehingga tokoh atau para ilmuan sosial yang berkicambung di dalam ilmu sosiologi juga ikut memberikan masukan serta pemikiran dalam memaknai atau memberikan pengertian sosiologi agama.
Menurut Dr. H. Goddijn/Dr. W. Goddijn definisi sosiologi agama adalah bagian dari sosiologi umum yang mempelajari suatu ilmu budaya empiris, profan dan positif yang menuju kepada pengetahuan umum, yang jernih dan pasti dari struktur, fungsi-fungsi dan perubahan-perubahan kelompok keagamaan dan gejala-gejala kekelompokan keagamaan.
Definisi lain yang lebih jelas diberikan oleh Drs. D. Hendropuspito tentang sosiologi agama yaitu suatu cabang sosiologi umum yang mempelajari masyarakat agama secara sosiologis guna mencapai keterangan-keterangan ilmiah dan pasti demi kepentingan masyarakat agama itu sendiri dan masyarakat luas pada umumnya.
Ahli sosiologi J. Wach juga merumuskan pengertian sosiologi agama secara luas sebagai suatu studi tentang interelasi dari agama dan masyarakat serta bentuk-bentuk interaksi yang terjadi antara mereka.
Berdasarkan definisi di atas dapat dibedakan berdasarkan tugasnya antara sosiologi umum serta sosiologi agama yaitu jika tugas sosiologi umum adalah untuk mencapai hukum kemasyarakatan yang seluas-luasnya, maka tugas dari sosiologi agama adalah untuk mencapai keterangan-keterangan ilmiah tentang masyarakat agama khususnya.

B. Metode Sosiologi Agama
Metode berhubungan dengan proses-proses kognitif yang dituntut oleh persoalan-persoalan yang muncul dari ciri pokok studi itu atau dengan kata lain metode adalah kombinasi sistematik dari proses-proses kognitif dengan menggunakan teknis khusus. Klasifikasi, konseptualisasi, abstraksi, penilain, observasi, penilaian, observasi, eksperimen, generalisasi, induksi, deduksi, argumen dari analogi dan akhirnya pemahaman itu sendiri adalah proses-proses kognitif. Metode yang satu berbeda dengan metode yang lain, sesuai dengan perbedaan cara yang digunakan untuk pikiran manusia dan tugas-tugas yang dijalankan oleh pikiran tersebut. Dalam setiap metode ilmiah terdapat hubugan yang dekat dan sistematik antara teori dan pengalaman. Pengamatan dan eksperimen membantu kita dengan evidensi untuk membuat generalisasi dan hipotesis-hipotesis yang di tes lewat deduksi-deduksi darinya serta membandingkan semua ini dengan akibat-akibat dari pengamatan dan eksperimen-eksperimen lebih lanjut
Secara umum dalam ilmu sosiologi, metode yang digunakan hanya dua jenis yaitu metode empiris serta metode rasionalistis. Metode empiris yaitu metode yang menyandarkan diri pada keadaan-keadaan yang dengan nyata di dapat di dalam masyarakat. Metode empiris dalam sosiologi diwujudkan dalam reseach atau penelitian.
Teknik-teknik reseach sudah demikian rupa perkembangannya dan menjadi metode ilmu pada umumnya. Teknik-teknik empiris itu pada umumnya berdasarkan pengalaman dan observasi terutama melalui alat-alat indra manusia.
Di dalam ilmu sosial metode-metode empiris itu harus diperkuat oleh metode mengerti ( Verstehe ) yang akan membantu memberi penilaian terhadap hal-hal yang subyektif lainnya yang kesemuanya sebagian saja nampak oleh indra mata.
Sedangkan metode rasionalistis yaitu metode yang disandarkan pada pemikiran dan logika sehat untuk mencapai pengertian tentang masalah-masalah kemasyarakatan.
Penelitian sosiologi agama menggunakan metode ilmiah. Bidang studinya meliputi fakta relegius yang bersifat subjektif seperti pikiran-pikiran, perasaan-perasaan dan maksud seseorang yang diungkapkan dalam tindakan-tindakan luar. Pemahaman ungkapan-ungkapan subjektif inilah yang membuat fakta menjadi suatu tindakan kebaktian, bukan sekedar gerakan biasa. Keadaan-keadaan itu dianggap bersifat subjektif karena terjadi dalam subjek manusia.
Penelitian agama sebagai penelitian ilmiah harus memenuhi karakteristik ilmiah yaitu:
1. Didasarkan atas analisis yang empiris
2. Memenuhi syarat verification and falsification
3. Memenuhi syarat konsistensi logis
4. Mempunyai karakteristik intersubjectif dan interkomunikatif
Dengan demikian penelitian sosiologi agama adalah disiplin ilmiah yang mencari pengetahuan seobjektif mungkn mengenai agama atau agama-agama atau gejala agama.
Ada sedikit cara yang ditempuh oleh sosiologi agama untuk mencapai tujuannya. Sosiologi agama menempuh cara yang sama seperti sosiologi umum untuk mencapai maksudnya ialah dengan observasi, interview dan angket mengenai masalah-masalah keagamaan yang dianggap penting dan sanggup memberikan data-data yang dibutuhkan.
Berdasarkan pengertian psikologik, observasi atau yang biasa disebut dengan pengamatan adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap.
Dalam penelitian, observasi dapat dikategorikan dalam dua jenis:
1. Observasi non-sistematis yaitu yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.
2. Observasi sistematis yaitu yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.
Metode kedua yang digunakan di dalam sosiologi agama adalah interview atau yang biasa disebut dengan istilah wawancara. Wawancara itu sendiri merupakan proses interaksi dan komunikasi yang mencakupi beberapa komponen yaitu pewawancara, responden, serta alat (kuesioner).
Metode berikutnya yang digunakan sosiologi agama dalam mencapai tujuannya adalah angket atau kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.
Beberapa keuntungan metode angket ini diantaranya adalah dapat dijawab responden menurut kepercayaannya masing-masing, dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu menjawab. Dan metode ini sangat relevan dengan sosiologi agama yang membahas agama dalam lingkup sosialnya bukan hanya teologinya.
1. Karakteristik Metode penelitian sosiologi Agama
Dalam memahami sasaran kajiannya, sosiologi agama mempunyai karakteristik sendiri, diantaranya yaitu:
1. Agama adalah fenomena yang terjadi dalam subjek manusia serta terungapkan dalam tanda dan simbol. Oleh karena itu perlu kecermatan dari peneliti untuk bisa memilih dan mengkategorikan mana simbol dan tanda yang masuk pada sistem kepercayaan. Memahami gejala keagamaan tidak hanya bisa mmelihat gerakan-gerakan tertentu tetapi juga harus dimengerti gerakan itu dengan memahami kata-kata dan maksud sipelaku. Berdasarkan itu dapat disimpulkan bahwa suatu gerakan itu merupakan fenomena keagamaan.
2. Fakta relegius bersifat subyektif. Ia merupakan keadaan mental manusia relegius dalam melihat dan menginterptretasikan hal-hal tertentu. Bagi seorang peneliti, fakta relegius itu bisa bersifat objektif dengan cara membiarkan fakta berbicara untuk dirinya. Seorang peneliti harus bisa menempatkan suatu gejala keagamaan menjadi suatu fakta dengan cara memahami bahwa manusia relegius memberikan penilaian relegius yang mempengaruhi tindakan-tindakan dan perilakunya, bahwa mereka menerima norma-norma dan aturan-aturan dalam ungkapan keyakinan relegius mereka.
3. Pemahaman makna fenomena agama diperoleh melalui pemahaman ungkapan-ungkapan keagamaan. Ungkapan-ungkapan keagamaan meliputi kata-kata, tanda-tanda dan tingkah laku yang ekspresif, hanya melalui ekspresiflah seorang peneliti bisa menangkap pikiran-pikiran keagamaan seseorang dan hanya dengan jalan menyelami-melalui empati dan pengalaman keagamaan peneliti seorang peneliti dapat memahami pemikiran dan makna keagamaan orang lain
4. Pemahaman suatu fenomena relegius meliputi empati terhadap pengalaman, pemikiran, emosi, dan ide ide orang yang memluk suatu agama. Empati adalah usaha untuk mencoba memahami perilaku orang lain berdasarkan pengalaman dan perilaku dirinya sendiri
5. Fakta keagamaan adalah fakta psikis dan spiritual. Oleh karenanya cara yang tepat dalam penelitian sosiologi agama adalah oenelitian kualitatif dengan cara pemahaman tingkah laku orang beragama untuk menangkap lebbih dalam dan intensionalitas dari data relegius orang lain yang merupakan ekspresi dari pengalaman relegius dan iman yang lebih dalam.

2. Reseach tentang Agama
Dalam dunia modern sekarang ini reseach tentang agama telah berkembang diantaraya terbukti dari pembentukan the sociaty for the scientific study of relegion di Amerika pada tahun 1950. Tujuannya adalah untuk menghimpun para sarjana agama dan sarjana-sarjana sosial . saling mendorong dan memperkaya agama masig-masing yang mempelajari agama secara ilmiah, menggalakkan penyelidikan agama secara ilmiah, mengajukan proyek-proyek reseach dan untuk membantu dan mendorong reseach bersama. Penerbitannya yang pertama berupa tengah tahunan ialah journal for thee scientific study of relegion terbit pada tahun 1961. Hasil dari reseach lembaga ini sangat banyak membantu, himpunan ini telah melaksanakan 48 proyek yang diterbitkan dalam 78 jilid.
C. Fungsi Sosiologi Agama
Jika kita telah satu persatu, Fungsi utama agama adalah untuk mengurangi kegelisahan, memantapkan kepercayaan kepada diri sendiri dan yang terpenting adalah memelihara keadaan manusia agar tetap siap menghadapai realitas. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa fungsi agama adalah peran agama dalam mengatasi persoalan-persoalan yang timbul di masyarakat yang tidak dapat dipecahkan secara empiris karena adanya keterbatasan kemampuan dan ketidakpastian. Oleh karena itu, diharapkan agama menjalankan fungsinya sehingga masyarakat merasa sejahtera, aman, stabil dan sebagainya.
Kegunaan Sosiologi dalam forum keilmuan merupakan suatu sumbangan yang tidak kecil bagi instansi keagamaan. Sebagimana sosilogi positif telah membuktikan daya gunanya dalam hal mengatasi kesulitan yang muncul dalam masyarakat serta menunjkkan cara-cara ilmiah untuk perbaikan dan pengembangan masyarakat, demikian pula sosiologi agama bermaksud membantu para pemimpin agama dalam mengatasi masalah-masalah sosio-religius yang tidak kalah beratnya dengan masalah-masalah soaial non-keagamaan.dalam bidang teoritis di mana para ahli keagamaan memerlukan konsep-konsep dan resep ilmiah praktis yang sulit diperoleh dari teologi, maka soiologi agama dapat memberikan sumbangannya.
Demikian juga adanya sosiologi agama dalam forum keilmuan merupakan suatu sumbangan yang tidak kecil bagi instansi keagamaan. Sosiologi agama berfungsi untuk membantu para pemimpin agama dalam mengatasi masalah-masalah sosio-religius yang tidak kalah beratnya dengan masalah-masalah sosial non-keagamaan.
Dengan kata lain sosiologi agama dapat membantu para pemuka agama memecahkan masalah keagamaan yang berkaitan dengan sosial/praktis di lapangan, dikala dalam konsep-konsep keagamaan/teologis sulit untuk ditemukan jawabannya.
Sosiologi agama berfungsi membantu memecahkan masalah sosial-religius dikarenakan, ilmu ini bukan untuk membuktikan kebenaran ajaran agama, melainkan untuk mencari keterangan teknis ilmiah mengenai hal ikhwal masyarakat agama. Sehingga ilmu ini disebut juga dengan ilmu praktis, empiris dan positif.
Meskipun harapan yang ditaruh pada sosiologi agama mempunyai dasar yang obyektif, namun kiranya perlu dicantumkan suatu himbauan kepada instansi yang berkepentingan agar tidak menaruh harapan yang berlebihan karena:
1. Sosiologi agama sebagai suatu ilmu masih merupakan ilmu yang relatif sangat muda, berarti pengalamannya masih terbatas.
2. Keterangan-keterangan ilmiah yang dihasilkan sosiologi agama tidak akan menyelesaikan segala kesulitan secara tuntas. Segi kesulitan yang bukan sosiologis harus dimintakan resep dari ilmu yang bersangkutan. Misalnya: teknologi, ekonomi, demografi dan lain-lain.
3. Resep-resep (ilmiah) yang diberikan oleh sosiologi agama hendaknya tidak diharapkan dapat membawakan hasil (khasiat) langsung.
Menurut pandangan Durkheim, fungsi sosiologi agama adalah mendukung dan melestraikan masyarakat yang sudah ada. Djamari berpendapat bahwa ada 2 implikasi sosiologi agama bagi agama, yaitu:
1. Menambah pengertian tentang hakikat fenomena agama di beragai kelompok masyarakat, maupun pada tingkat individu;
2. Suatu kritik sosiologis tentang peran agama dalam mayarakat dapat membantu kita untuk menentukan masalah teologi yang mana yang paling berguna bagi masyarakat, baik dalam arti sekuler maupun religious.
Dengan cara ini, sosiologi agama memberikan sumbangan kepada dialog kegamaan di dalam masyarakat. Semua pelopor sosiologi Eropa, seperti Karl Marx, Weber, Durkheim, serta Simmel berpendapat bahwa untuk mengerti masyarakat modern, seseorang harus mengerti peran penting agama dalam masyarakat.

1 komentar:

mohon copas ya... untuk bahan makalah...

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More