Blogroll

Postingan
Komentar

Rabu, 15 Desember 2010

MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
1. MODEL BEAUCHAMP.
Model pengembangan kurikulum ini sesuai dengan nama orang yang menciptakannya yaitu seorang ahli kurikulum yang bemama Beauchamp. Menurut Beauchamp untuk nierancang sebuah kurikulum harus ditempuh lima (5) langkah berikut:MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
1. MODEL BEAUCHAMP.
Model pengembangan kurikulum ini sesuai dengan nama orang yang menciptakannya yaitu seorang ahli kurikulum yang bemama Beauchamp. Menurut Beauchamp untuk nierancang sebuah kurikulum harus ditempuh lima (5) langkah berikut:
Langkah Pertama :
Pejabat pemerintah yang berwenang dalam pengembangan kurikulum harus menentukan lebih dahulu lokasi atau wilayah yang akan dijadikan pilot proyek untuk pengembangan kurikulum. Pemilahan lokasi atau wilayah yang ditentukan sesuai dengan skala pengembangan kurikulum yang telah direncanakan. Bila kurikulum yang ingin dikembangkan berskala makro atau nasional, maka wilayah atau lokasi yang akan dijadikan pilot proyek adalah propinsi, seandainya bersifat daerah atau berskala mikro maka kabupaten dapat dijadikan lokasi pilot proyek.
Langkah Kedua :
Setelah wilayah atau lokasi yang akan menjadi pilot proyek sudah ditetapkan, maka langkah berikutnya adalah menentukan personalia yang akan ikut terlibat di dalam pengembangan kurikulum. Beauchamp melibatkan orang-orang dari staf ahli kurikulum, pakar kurikulum dari perguruan tinggi dan guru-guru sekolah yang telah dipilih, pakar pendidikan, masyarakat yang dihimpun dari berbagai kalangan yaitu dari pengarang atau penulis, penerbit, politikus, pejabat pemerintah, pengusaha dan industriawan
Langkah Ketiga :
Bila personalia sudah disusun dengan baik maka langkah berikutnya adalah pengorganisasian person-person tersebut dalam lima (5) tim yang terdiri dari :
1. Tim pengembang kurikulum
2. Tim peneliti kurikulum yang sedang dipakai atau sedang dipergunakan
3. Tim untuk mempelajari kemungkinan penyusunan kurikulum bam
4. Tim perumus untuk kriteria-kriteria kurikulum yang akan disusun.
5. Tim penyusun dan penulis kurikulum baru
Sedangkan prosedur kerja yang akan dilalui adalah sebagi berikut :
a. Merumuskan tujuan baik tujuan umum maupun tujuan khusus
b. Memilih atau menseleksi materi
c. Menentukan pengalaman belajar
d. Menentukan kegiatan dan evaluasi
e. Menentukan desain
Langkah Keempat :
Pada langkah ini ditentukan implementasi kurikulum. Pelaksanaan kurikulum mempakan pekerjaan yng cukup rumit karena membutuhkan kesiapan dalam banyak hal, seperti guru sebagai pelaksana kurikulum dikelas, fasilitas, siswa, dana, manajerial pimpinan sekolah atau administrator sekolah.
Langkah Kelima :
Setelah semua kebutuhan untuk kepentingan pelaksanaan atau implementasi terpenuhi dan sudah dapat dilaksanakan, maka langkah berikutnya yang merupakan langkah terakhir dari pengembangan kurikulum model beauchamp adalah mengevaluasi kurikulum.
Beauchamp mengemukakan hal-hal yang harus dievaluasi, yaitu :
a. Evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum oleh guru
b. Evaluasi terhadap desain kurikulum
c. Evaluasi terhadap hasil belajar siswa
d. Evaluasi terhadap sistem dalam kurikulum
Hasil dari kegiatan evalusi ini akan dijadikan untuk penyempumaan desain sistem serta prinsip-prinsip pelaksanaannya. Suatu hal yang perlu diingat bahwa pada tahap atau langkah kedua berupa organisasi dan prosedur Beauchamp, tampaknya menerangkan keterlibatan kelompok-kelompok personalia sehingga timbul pertanyaan-pertanyan sebagai berikut :
Haruskah kelompok ahli, pejabat, profesi yang telah disebutkan diatas dilibatkan dalam pengembangan kurikulum? Apabila jawaban dari pertanyaan tersebut ya, maka apa saja peranan mereka itu? Apakah mungkin didapatkan alat dan teknik yang paling efektif untuk melakukan peran tersebut? dengan demikian tergambar bahwa sebaiknya wilayah atau lokasi pilot proyek diambil dari wilayah kecil saja, dan semakin kecil wilayah maka keterlibatan dan peranan guru akan semakin besar. Guru harus berperan secara ikhlas dengan menunjukaan sikap dan rasa saling, menghormati dalam memberikan pelajaran dan diluarjam pelajaran.
2. MODEL TABA.
Perekayasaan kurikulum secara tradisional dilakukan oleh suatu panitia yang dipilih. Panitia ini bertugas :
1) Mempelajari daerah-daerah fundasional dan mengembangkan rumusan kesepakatan fundasional;
2) Merumuskan Desain kurikulum secara menyeluruh berdasarkan kesepakatan yang telah dirumuskan;
3) Mengkonstruksi unit-unit kurikulum sesuai dengan kerangka desain;
4) Melaksanakan kurikulum pada tingkat atas.
Taba mengajukan pandangan yang berlawanan dengan urutan tradisional dengan mengembangkan inverted model, yakni : langkah awal dimulai dari perencanaan unit-unit mengajar-belajar yang spesifik oleh para guru, bukan diawali aengan desain kerangka (framework) yang umum. Urut-unit tersebut diuji / dilaksanakan dalam kelas, yang ada pada gilirannya digunakan sebagai dasar empirik untuk menentukan desain yang menyeluruh (overall design). Keuntungan digunakannya inverted sequence ini ialah :
1) Membantu untuk menjembatani kesenjangan antara teori dan praktek karena produksi unit-unit tadi mengkombinasikan kemampuan teoritik dan pengalaman praktis.
2) Kurikulum yang terdiri dari unit-unit mengajar-belajar yang disiapkan oleh guru-guru lebih mudah diintroduser ke sekolah, berarti lebih mudah dimengerti dibandingkan dengan kurikulum yang umum dan abstrak yang dihasilkan oleh umtan tradisional
3) Kurikulum yang terdiri dari kerangka umum dan unit-unit belajar-mengajar lebih berpengaruh terhadap praktek kelas dibandingkan dengan kurikulum yang ada
Langkah-langkah pengembangan kurikulum Hilda Taba (1962) mengemukakan perekayasaan kurikulum terdiri atas 5 langkah berurutan, ialah :
Langkah Pertama, Experimental Production of Pilot Units. ( Menghasilkan unit-unit Percobaan/ Pilot Unit)
Kelompok tenaga pengajar membuat unit eksperiment sebagai ajang untuk melakukan studi tentang hubungan teori dan praktek. Untuk itu diperlukan (1) Perencanaan yang didasarkan atas teori yang kuat (2) Eksperimen didalam kelas yang dapat menghasilkan data empiris untuk menguji landasan teori yang digunakan. Hasil dari langkah ini berupa teaching-leaming unit yang masih bersifat draft yang siap diuji pada langkah berikutnya. Unit eksperimen ini dirancang melalui delapan kegiatan sebagai berikut :
1. Diagnosing Needs.(Mendiagnosa Kebutuhan)
Tenaga pengajar mengidentifikasi masalah-masalah, kondisi, kesulitan serta kebutuhan-kebutnhan siswa dalam suatu proses pengajaran. Lingkup diagnosis tergantung pada latar belakang program yang akan direvisi, termasuk didalamnya tujuan konteks dimana program tersebut difungsikan
2. Formulating Specific Objectives.(Memformulasi Tujuan)
Formulasi tujuan-tujuan khusus, sebagai penjabaran dari tujuan umum yang dimmuskan berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang telah diidentifikasi yang menjadi titik berat pada teaching leaming unit. Namun demikian tidak semua tujuan khusus tersebut dapat tercapai oleh masing-masing imit.
3. Selecting Content (Memilih Isi)
Pemilihan isi (materi) berdasarkan kesepadanan dengan tujuan khusus, dan harus mempertimbangkan tingkat validitas dan signifikannya. Karena itu periu dilakukan seleksi terhadap tingkatan isi (materi) yang meliputi pemilihan topik utama, pemilihan ide-ide dasar dan pemilihan materi khusus.
4. Organizing Content.(Mengorganisasi Isi)
Pengorganisasian materi dilakukan berdasarkan tingkat kemampuan awal serta minat siswa. Pengorganisasian isi disusun dari konkrit keabstrak dan dari mudah ke sulit.
5. Selecting Learning Experiences (Avtivities). (Memilih Pengalaman Belajar)
Pengalaman belajar disusun dengan maksud terjadi interaksi antara siswa dan materi pelajaran. Karena setiap materi memiliki beberapa fimgsi tertentu, maka perlu dilakukan penyeleksian pengalaman belajar dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Apakah kegiatan sesuai untuk mempelajari ide-ide utama?
Apakah kegiatan dapat mencapai tujuan teaching leaming unit?
Apakah kegiatan efesien untuk melayani lebih dari satu tujuan?
Apakah kegiatan dapat meningkatkan kegiatan belajar?
Apakah kegiatan dapat mengembangkan keterampilan siswa?
6. Organizing Leaming Experiences Avtivities (Mengorganisasi Pengalaman Belajar)
Pengalaman belajar siswa disusun dan diorganisasikan dengan sekuensi dan organisasi materi (content). Kegiatan belajar siswa diarahkan dari induktif kegeneralisasi dan abstraksi serta difokuskan pada pengembangan ide-ide utama, langkah-langkah perolehan konsep dan prilaku yang baik.
7. Evaluating. (Evaluasi)
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan unit oleh siswa. Hasil evaluasi berguna untuk menentukan tujuan, diagnosis kesulitan belajar, serta penilaian dalam rangka pengembangan dan revisi kurikulum.
8. Checking for Balance and Seguence (Menguji Keseimbangan Kurikulum)
Setelah garis besar teaching leaming dirancang lengkap, selanjutnya perlu dicek konsistensi antara semua bagian yang berkenaan dengan keseimbangan dan urutan topik-topik yang telah tersusun atau unsur-unsur dalam unit tersebut
Langkah Kedua, Testing of Experimental Units (Menguji Coba Unit Eksperimen)
Teaching-leaming units yang dihasilkan pada langkah pertama perlu diujicobakan di kelas-kelas eksperimen pada berbagai situasi dan kondisi belajar. Pengujian dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas dan keyakinan terap bagi tenaga pengajar yang berbeda-beda gaya mengajar dan kemampuan melaksanakan pengajaran unit. Hasil uji coba menjadi masukan bagi penyempumaan draft kurikulum.
Langkah Ketiga, Revising dan Consolidating (Merevisi dab Mengonsolidasi)
Revisi dan penyempumaan draft teaching leammg units dilakukan berdasarkan data dan informasi yang terkumpul selama langkah pengujian. Pada langkah ini dilakukan pula penarikan kesimpulan (konsolidasi) tentang konsistensi teori yang digunakan. Langkah ini dilakukan bersama oleh koordinator kurikulum dan ahli kurikulum. Produk langkah ini berupa teaching leaming units yang telah teruji di lapangan. Bila hasilnya sudah memadai, maka unit-unit tersebut dapat disebarkan dalam lingkup yang lebih luas.
Langkah Keempat Developing a Framework. (Pengembangan keseluruhan kerangka).
Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum dilakukan guna menjamin :
a. Apakah ide-ide dan konsep-konsep dasar yang digunakan telah terakomodasi?
b. Apakah lingkup isi telah memadai?
c. Apakah isi telah tersusun berurutan secara logis?
d. Apakah aktivitas pembelajarannya memberikan peluang untuk pengembangan keterampilan mtelektual dan pemahaman emosi secara kumulatif.
Pengembangan ini dilakukan oleh ahli kurikulum dan para professional kurikulum lainnya. Produk dari langkah-langkah ini adalah dokumen kurikulum yang siap untuk diimplementasikan dan diidentifikasikan.
Langkah Kelima, Instalation and Desimination of The New Unit (Instalasi dan Desiminasi )
Instalasi dan desiminasi adalah peresmian dan penyebarluasan kurikulum hasil pengembangan, sebagai sub sistem pada sistem sekolah secara menyeluruh. Tanggung jawab tahap ini dibebankan pada administrator sekolah. Penerapan kurikulum merupakan tahap yang ditempuh dalam kegiatan pengembangan kurikulum. Pada tahap ini harus diperhatikan berbagai masalah : seperti kesiapan tenaga pengajar untuk melaksanakan kurikulum di kelasnya, penyediaan fasilitas pendukung yang memadai, alat atau bahan yang diperlukan dan biaya yang tersedia, semuanya perlu mendapat perhatian dalam penerapan kurikulum agar tercapai hasil optimal.
3. MODEL TYLER.
Pengembangan kurikulum model Tyler ini mungkin yang terbaik, dengan penekanan khusus pada fase perencanaan. Walaupun Tyler mengajukan model pengembangan kurikulum secara komprehensif tetapi bagian pertama dari modelnya (seleksi tujuan) menerima sambutan yang hangat dari para educator.
Langkah-langkah pengembangan kurikulum:
Langkah l: Tyler merekomendasikan, bahwa perencana kurikulum agar mengidentifikasikan tujuan umum (tentative general objectives) dengan mengumpulkan data dari tiga sumber, yaitu : kebutuhan peserta didik, masyarakat (fimgsi yang diperlukan) dan subject matter.
Langkah 2: Setelah mengidentifikasi beberapa buah tujuan umum, perencana merifinenya dengan cara menyaring melalui dua saringan, yaitu filosofi pendidikan dan psikologi belajar. Hasilnya akan menjadi Tujuan pembelajaran khusus dan meyebutkannya juga pendidikan sekolah dan filosofi masyarakat sebagai saringan pertama untuk tujuan ini
Selanjutnya perlu disusun garis-garis besar nilai-nilai yang didapat dan mengilustrasikannya dengan memberi tekanan pada empat tujuan demokratis. Untuk melaksanakan penyaringan, para pendidik harus menjelaskan prinsip-prinsip belajar yang baik, dan psikologi belajar memberikan ide mengenai jangka waktu yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan waktu untuk melaksanakan kegiatan secara efesien. Tyler pun menyarankan agar pendidik memberi perhatian kepada cara belajar yang dapat :
a) Mengembangkan kemampuan berpikir
b) Menolong dalam memperoleh informasi
c) Mengembangkan sikap masyarakat
d) Mengembangkan minat
e) Mengembangkan sikap kemasyarakatan
Langkah 3: Menyeleksi pengalaman belajar yang menunjang pencapaian tujuan. Penentuan pengalaman belajar harus mempertimbangkan persepsi dan pengalaman yang telah dimililiki oleh peserta didik.
Langkah 4: Mengorganisasikan pengalaman kedalam unit-unit dan menggambarkan berbagai prosedur evaluasi
Langkah 5: Mengarahkan dan mengurutkan pengalaman-pengalaman belajar dan mengkaitkannya dengan evaluasi terhadap keefektifan perencanaan dan pelaksanaan.
Langkah 6: Evaluasi pengalaman belajar. Evaluasi merupakan komponen penting dalam pengembangan kurikulum
Sehubungan dengan hal tersebut Tyler (1949) memperingatkan agar dibedakan antara konten (isi) pelajaran atau kegiatan-kegiatan belajar dengan pengalaman-pengalaman belajar, karena pengalaman belajar merupakan pengalaman yang diperoleh dan dialami anak-anak didik sebagai hasil belajar dan interaksi mereka dengan konten (isi) dan kegiatan belajar. Untuk mengembangkan pengalaman belajar yang mereka peroleh harus bermuara pada pemberian pengalaman para pelajar yang dirancang dengan baik dan dilaksanakan dengan benar. Dari beberapa konsepsi kurikulum diatas kelihatan bahwa kurikulum dapat dilihat dari segi yang sempit atau dari segi yang luas (sebagai pengalaman yang diperoleh di sekolah atau diluar sekolah).

2 komentar:

terimakasih... saya bisa menambah pengetahuan sy ttng model-model pengembangan kurikulum...

terima kasih,
dan mohon izin utuk mengutip halaman ini lengkap
untuk ilustrasi contoh pengembangan kurikulum yang digunakan pada maasa lalu.

andi kw

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More